Minggu, 16 Desember 2012

Psikologi: Macam-macam Gangguan Jiwa

Gangguan Jiwa

01 Nov
Penyebab Gangguan Jiwa 
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
1). Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).
2). Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
3). Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak yang biasanya gangguan berasal dari sistem limbik (pusat emosi dan memori) dan gangguan pada ganglia basalis.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
o Mampu menghadapi situasi
o Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
o Puas dengan kehidupannya sehari-hari
o Mempunyai harga diri yang wajar
o Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
o Mampu mencintai orang lain
o Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
o Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
o Merasa bagian dari suatu kelompok
o Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain “mengakah” dirinya

3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
o Menetapkan tujuan hidup yang realistis
o Mampu mengambil keputusan
o Mampu menerima tanggungjawab
o Mampu merancang masa depan
o Dapat menerima ide dan pengalaman baru
o Puas dengan pekerjaannya

Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,
cara berperan, dan cara bertindak.
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
o Menemukan kepuasan dalam hidup
o Membina hubungan yang erat dan sehat
o Menetapkan tujuan dan mencapainya
o Menghadapi maju mundurnya kehidupan
o Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah

Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
o Merasa hidup ini sulit dikendalikan
o Merasa stres
o Menghindari tantangan hidup
o Memikirkan kegagalan

Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harus jujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan, tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.
Pada penderita gangguan jiwa sering muncul beberapa manifestasi/gejala yang berupa gangguan isi pikir, presepsi, emosi dan afektif, hal ini akan sedikit saya jelaskan pada pembahasan di bawah ini:
ISI PIKIR
Gangguan isi pikir adalah gangguan pada isi pikiran pada orang tersebut dan hal ini memerlukan rangsangan dari luar untuk memicu munculnya gangguan tersebut.
1. Kemiskinan isi pikir: pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi dikarenakan
ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
2. Waham/delusi: satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan
latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta. Jenisjenis
waham:
a. waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh: makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
b. waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinana yang tergabung dengan satu tema/kejadian (contoh: orang yang dikejarkejar polisi atau mafia)
c. waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju kiamat
d. waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh (contoh: yakin otaknya
meleleh)
e. waham paranoid: termasuk di dalamnya waham kebesaran, waham kejaran/persekutorik, waham rujukan (reference), dan waham dikendalikan.
· waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik sifatnya, bahwa dirinya adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.
· waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang menandai seorang paranoid, yang mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya, atau yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya. Kepercayaan ini sering dirupakan dalam bentuk komplotan yang khayali, dokter dan keluarga pasien dicurigasi bersamasama berkomplot untuk merugikan, merusak, mencederai, atau menghancurkan dirinya.
· waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan keliru yang meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti akan memfitnah, membahayakan, atau akan menjahat dirinya.
· waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:
  -waham withdrawal: waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang lain atau kekuatan lain
   -waham insertion: waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau kekuatan lain
    -waham broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain, tersiar di udara
    -waham control: waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan lain
f. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia
g. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang sangat mencintainya
3. Obsesi: satu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasanya dibarengi
satu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat dihilangkan dengan usaha yang
logis, berhubungan dengan kecemasan.
4. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika ditahan
akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons dari obsesi atau timbul
untuk memenuhi satu aturan tertentu.
5. Fobia: ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakibatkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Beberapa contoh di antaranya:
a. Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi khusus (contoh takut pada
labalaba
atau ular
b. Fobia sosial: ketakutan dipermalukan di depan publik seperti rasa takut untuk berbicara,
tampil, atau makan di depan umum
c. Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang tinggi
d. Agorafobia: ketakutan berada di tempat yang terbuka
e. Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat yang sempit
f. Ailurofobia: ketakutan pada kucing
g. Zoofobia: ketakutan pada binatang
h. Xenofobia: ketakutan pada orang asing
i. Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima suntikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar