Minggu, 16 Desember 2012

Psikologi: Macam-macam Gangguan Jiwa

Gangguan Jiwa

01 Nov
Penyebab Gangguan Jiwa 
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
1). Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).
2). Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
3). Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak yang biasanya gangguan berasal dari sistem limbik (pusat emosi dan memori) dan gangguan pada ganglia basalis.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
o Mampu menghadapi situasi
o Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
o Puas dengan kehidupannya sehari-hari
o Mempunyai harga diri yang wajar
o Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
o Mampu mencintai orang lain
o Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
o Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
o Merasa bagian dari suatu kelompok
o Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain “mengakah” dirinya

3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
o Menetapkan tujuan hidup yang realistis
o Mampu mengambil keputusan
o Mampu menerima tanggungjawab
o Mampu merancang masa depan
o Dapat menerima ide dan pengalaman baru
o Puas dengan pekerjaannya

Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,
cara berperan, dan cara bertindak.
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
o Menemukan kepuasan dalam hidup
o Membina hubungan yang erat dan sehat
o Menetapkan tujuan dan mencapainya
o Menghadapi maju mundurnya kehidupan
o Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah

Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
o Merasa hidup ini sulit dikendalikan
o Merasa stres
o Menghindari tantangan hidup
o Memikirkan kegagalan

Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harus jujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan, tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.
Pada penderita gangguan jiwa sering muncul beberapa manifestasi/gejala yang berupa gangguan isi pikir, presepsi, emosi dan afektif, hal ini akan sedikit saya jelaskan pada pembahasan di bawah ini:
ISI PIKIR
Gangguan isi pikir adalah gangguan pada isi pikiran pada orang tersebut dan hal ini memerlukan rangsangan dari luar untuk memicu munculnya gangguan tersebut.
1. Kemiskinan isi pikir: pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi dikarenakan
ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
2. Waham/delusi: satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan
latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta. Jenisjenis
waham:
a. waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh: makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
b. waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinana yang tergabung dengan satu tema/kejadian (contoh: orang yang dikejarkejar polisi atau mafia)
c. waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju kiamat
d. waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh (contoh: yakin otaknya
meleleh)
e. waham paranoid: termasuk di dalamnya waham kebesaran, waham kejaran/persekutorik, waham rujukan (reference), dan waham dikendalikan.
· waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik sifatnya, bahwa dirinya adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.
· waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang menandai seorang paranoid, yang mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya, atau yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya. Kepercayaan ini sering dirupakan dalam bentuk komplotan yang khayali, dokter dan keluarga pasien dicurigasi bersamasama berkomplot untuk merugikan, merusak, mencederai, atau menghancurkan dirinya.
· waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan keliru yang meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti akan memfitnah, membahayakan, atau akan menjahat dirinya.
· waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:
  -waham withdrawal: waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang lain atau kekuatan lain
   -waham insertion: waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau kekuatan lain
    -waham broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain, tersiar di udara
    -waham control: waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan lain
f. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia
g. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang sangat mencintainya
3. Obsesi: satu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasanya dibarengi
satu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat dihilangkan dengan usaha yang
logis, berhubungan dengan kecemasan.
4. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika ditahan
akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons dari obsesi atau timbul
untuk memenuhi satu aturan tertentu.
5. Fobia: ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakibatkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Beberapa contoh di antaranya:
a. Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi khusus (contoh takut pada
labalaba
atau ular
b. Fobia sosial: ketakutan dipermalukan di depan publik seperti rasa takut untuk berbicara,
tampil, atau makan di depan umum
c. Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang tinggi
d. Agorafobia: ketakutan berada di tempat yang terbuka
e. Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat yang sempit
f. Ailurofobia: ketakutan pada kucing
g. Zoofobia: ketakutan pada binatang
h. Xenofobia: ketakutan pada orang asing
i. Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima suntikan

Psikologi : Schizophrenia

Schizophrenia

Informasi medis :
Schizophrenia merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas (psychosis), halusinasi, delusi (keyakinan palsu), berpikir, bertingkah laku dan punya hubungan sosial yang kacau, walaupun penyebab pasti schizophrenia belum dapat dipastikan, tetapi gangguannya nampak jelas secara biologis. Banyak otoritas menerimanya sebagai “penderita stres yang rapuh”, di mana schizophrenia dianggap kebanyakan muncul pada orang yang rapuh secara biologis. Apa yang membuat seseorang mudah terkena schizophrenia belum diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan termasuk di dalamnya kelemahan genetis; masalah yang timbul sebelum, selama atau sesudah kelahiran; atau bisa juga disebabkan oleh infeksi virus pada otak. Kesulitan dalam memproses informasi, ketidak mampuan untuk memusatkan perhatian, ketidak mampuan bertingkah laku sesuai dengan yang diterima masyarakat luas, dan ketidak mampuan mengatasi masalah secara umum bisa merupakan pertanda kerapuhan itu. Dalam hal semacam ini, tekanan-tekanan lingkungan sekitar, seperti kehidupan yang penuh ketegangan atau penuh masalah, pelecehan mendasar, memicu serangan dan kambuhnya schizophrenia pada orang yang rapuh itu.
Gejala:
Delusi; merupakan keyakinan palsu yang biasanya melibatkan salah pengertian dalam pemahaman atau pengalaman.
Delusi penyiksaan – yakin kalau dia akan disiksa, dikuntit, ditipu, atau dimata-matai.
Delusi ketersinggungan – yakin kalau sebagian isi buku, surat kabar atau lirik lagu tertentu khusus ditujukan padanya.
Delusi penarikan pikiran atau penyisipan pikiran – keyakinan bahwa orang lain dapat membaca pikirannya, dan bahwa pikiranya dapat mempengaruhi oleh lain, atau bahwa pikiran-pikiran dan dorongan hati dapat dimasukkan kedalam pikirannya oleh kekuatan dari luar.
Halusinasi – pendengaran, penglihatan, penciuman, pencecapan ataupun perabaan. Halusinasi pendengaran adalah gejala yang paling umum. Seseorang bisa “mendengar” suara-suara seolah-olah orang mempergunjingkan tingkah lakunya, atau mengkritik dan melecehkannya.
Gangguan pikiran – berkaitan dengan pemikiran yang kacau, yang nampak jelas dalam bicaranya yang melantur, berganti-ganti topik pembicaraan, dan tidak jelas arahnya. Mungkin bicaranya hanya sedikit kacau atau bisa juga sangat membingungkan dan tidak dapat dimengerti.
Bertingkah laku aneh – bisa seperti kebodohan yang kekanak-kanakan, bingung atau berpenampilan acak-acakan, jorok dan tidak pada tempatnya; diam seperti patung, merupakan perilaku aneh yang ekstrim, di mana seseorang terus berada dalam sikap tubuh yang kaku dan menolak untuk digerakkan atau sebaliknya melakukan gerakan yang tidak bermanfaat dan tanpa tujuan.
Gejala negatif - termasuk punya emosi yang datar, miskin kata-kata (merujuk pada kurangnya daya pikir yang tercermin dalam banyaknya kata-kata yang diucapkan); anhedonia (merujuk pada berkurangnya kemampuan menikmati kesenangan); dan kurang pergaulan sosial (merujuk pada kurangnya minat bergaul dengan orang lain). Gejala-gejala negatif ini seringkali dikaitkan dengan hilangnya motivasi secara umum, tidak punya tujuan dan cita-cita.

Sabtu, 15 Desember 2012

Kehamilan Patologis: Pseudoscyesis (Hamil Palsu)


Mungkin Anda pernah mendengar ada perempuan yang mengalami hamil palsu? Tidak menstruasi, morning sickness, mengidam, sakit di bagian perut dan pembesaran payudara adalah gejala-gejala yang dikeluhkan penderita pseudocyesis atau hamil palsu.

Benarkah pernah ada kehamilan tersebut atau hanya perasaan si perempuan? Berbeda dengan hamil anggur yakni perempuan hamil tapi kehamilannya gagal membentuk janin dalam kandungan atau dalam dunia kedokteran mengenalnya dengan istilah Mola hidatidosa. Perempuan yang mengalami hamil palsu, rahimnya kosong dalam arti tidak ada bayinya. Sedangkan hamil anggur karena berisi gelembung-gelembung cairan bening seperti buah anggur atau gelembung udara.

Penderita pseudocyesis benar-benar kosong rahimnya alias tidak ada janin. Tapi penderita mengeluhkan gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang benar-benar hamil. ada tanda-tanda yang sama seperti kehamilan sebelumnya (karena sudah punya 2 orang anak), tidak menstruasi, morning sickness, mengidam, perut juga semakin membesar layaknya ibu hamil. Sahabat anehdidunia.com kalau hari-hari biasa mikir diet, tapi karena merasa dirinya hamil, jadi makanan apa saja masuk aja. Yang akhirnya badan jadi gemuk (terutama bagian perut) dan makin percaya bahwa dirinya hamil.

http://anehdidunia.com

Pseudocyesis adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan yang tidak hamil merasa atau percaya bahwa dirinya sedang hamil, meskipun tidak ada bukti fisik kehamilan. Perempuan yang mengalami kehamilan palsu terkadang disebut dengan pseudopregnancy dan seringkali mengalami gejala kehamilan yang nyata, seperti perempuan hamil pada umumnya. Meskipun kondisi ini belum sepenuhnya dapat dijelaskan, tapi para ahli percaya penyebab utamanya adalah masalah emosional dan psikologis.

Para psikolog percaya bahwa perempuan yang mengalami kehamilan palsu memiliki keinginan yang sangat kuat untuk hamil, sehingga dirinya merasa mengalami proses kehamilan. Biasanya hal ini terjadi saat ada seseorang didekatnya yang sedang hamil.
Untuk hal ini sahabat anehdidunia.com, sangat mungkin seperti yang dialami teman saya, karena anaknya yang kecil sudah berumur 7 tahun, jadi sangat mungkin keinginan untuk hamil itu sangat kuat, sehingga terjadi apa disebut hamil palsu ini. Juga karena pernah mengalami keguguran atau kematian janin sebelumnya. Seorang ibu yang mengalami hamil palsu, ketika diperiksa denyut jantung janin tidak terdengar, ketika di USG tidak menunjukkan gambar bayi karena memang tidak ada janin di dalam kandungannya.

Sebuah penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara kehamilan palsu dengan kelenjar pituitary (pusat produksi hormon selama kehamilan). Ketidakseimbangan hormon ini sering dipicu oleh stres dan kecemasan, sehingga dapat menyebabkan perubahan emosi dan psikologis yang mengarah pada kepercayaan atas sesuatu yang sangat diharapkannya.
Perempuan yang mengalami kondisi ini biasanya dianjurkan untuk melakukan konseling, karena penyebab dasarnya adalah emosional dan psikologis termasuk stres, kegelisahan dan depresi.

Jumat, 14 Desember 2012

TOKOH: Bidan Magetan Peraih Srikandi Award 2011

Bank Sampah Bidan Sri Partiyah Naikkan Standar Gizi Desanya

[BUSINESSREVIEW] – Berniat meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin di daerahnya, Bidan Sri Partiyah membuka bank sampah. Sampah menjadi berkah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat.
Bagi sebagian orang, sampah merupakan benda yang tidak bermakna. Namun di tangan Bidan Sri Partiyah, sampah diubah menjadi benda yang bernilai bagi masyarakat tempatnya bertugas, tepatnya Desa Duwet, Kecamatan Bendo, Magetan, Jawa Timur.
Ide membuka bank sampah tercetus lewat pengamatan terhadap masalah gizi buruk pada balita di desanya.
“Beberapa bulan pertama, kita lihat berat badannya turun, kita kasih nutrisi yang cukup, berat badannya naik lagi. Tiga kali kita lakukan percobaan, gejalanya selalu seperti itu. Masalahnya, mereka tahu bahwa gizi baik berguna untuk pertumbuhan anak, tapi uang menjadi kendala,” tuturnya usai konferensi pers “Srikandi Award 2011” di Balai Kartini,
Bidan Sri Partiyah merupakan salah seorang bidan inspirasional yang menjadi nominator Srikandi Award 2011 dalam kategori Pemberdayaan Ekonomi. Ia bersama delapan bidan inspirasional lainnya akan berlaga di ajang tahunan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Sari Husada pada malam penobatan di Balai Kartini, Jakarta, 7 Januari 2012.
Dia menuturkan mendirikan bank sampah ini bermula ketika ia pergi ke pengepul barang rongsokan, diketahui bahwa pengepul ini memiliki laba yang tinggi. Kondisi ini memicunya untuk mulai mendirikan bank sampah khusus untuk sampah anorganik.
“Sosialisasi dilakukan di tingkat RT dan ternyata masyarakat sangat antusias, sehingga mulai mengumpulkan sampah yang dilakukan tiap minggu pertama setiap bulannya,” ujar Bidan Partiyah.

Cerpen: Euthanasia




Langit masih pekat... Kala senja yang memerah terengah menyongsong pungkasan hari. Mega berarak menghias bias-bias langit Jogja. Daun-daun akasia jatuh kering bertebaran ke sana kemari terbelai semilir angin yang mengoyak hampa. Gugur dan tersapu begitu saja.
Suatu senja yang syahdu, terdengar lantunan murottal masjid seberang melafadzkan kalimatullah. Hhh… Ada teduh yang menyeruak ke permukaan hati kala ayat-ayat itu diperdengarkan. Ada kerinduan yang membuncah mengelana di ruang-ruang jiwa yang selama ini mati.
Rey tercenung beberapa jenak. Ditatapnya lekat sepasang mata indah di hadapannya. Ingin dia menyelami lebih jauh mata yang kian layu itu. Ingin berbaur dengan buliran-buliran air yang kadang menggenang di pelupuk mata itu. Mata itu kini menggariskan seulas senyum lewat kerlingnya.
Angin sore masih berembus, menyibak derai-derai rambut Asa yang kian menipis. Asa yang kadang harus menangis sebelum menjalani kemoterapinya. Dia tak berani membayangkan rambut-rambutnya rontok dan lama-kelamaan habis. Kini rambut hitam panjangnya memang mulai rontok.
"Euthanasia," gumam Asa tiba-tiba. Hati Rey sedikit bergetar mendengar kata itu. Kata yang benar-benar mengusik malam-malam Rey dua tahun lalu. "Kau tak sedang berpikir melakukannya, kan?" tanya Rey sambil menutupi cemasnya.
"Kau takut aku akan meninggalkanmu?" Rey mengangguk. Asa tersenyum puas mendapati jawaban Rey. "Kematianku sudah diatur, kenapa aku nekat mendahului kehendak-Nya dengan merencanakan kematianku sendiri?" tanya Asa pada dirinya, mengingat betapa gigihnya dia dulu meminta euthanasia. Dia tersenyum getir membayangkan Izrail mencabut nyawanya. "Sekarang, aku tak takut mati karena aku telah menemukanmu. Lebih hebatnya, aku telah menemukan Yang Memberiku Hidup, Yang Memberiku Penyakit," ujarnya.
Rey tersenyum kaku. Ada haru yang memenuhi rongga jiwanya. Jika tak takut melihat Asa sedih, dia pasti telah menangis. Dia membayangkan jika euthanasia itu benar-benar terjadi.
Dua tahun lalu.
Kampus itu telah sepi. Hanya segelintir aktivis kampus terlihat sibuk. "Euthanasia?" Rey terbelalak.
"Ya, kau mahasiswa kedokteran pasti tahu tentang hal itu."
"Kau tidak berniat melakukannya, kan ?"
"Kau tahu, aku lelah dengan hidupku. Terlebih, saat aku mendapati kenyataan bahwa penyakit ganas sedang menggerogoti tubuhku."
"Tapi, kita sedang berjuang mengupayakan kesembuhanmu. Kau harus optimistis. Asa, ayahku akan membawamu ke Singapura!"
"Tapi, aku telah mengambil keputusan untuk hidupku sendiri. Mungkin penyakit inilah yang akan membawaku pada kematian hingga aku benar-benar berpisah dengan kehidupan yang melelahkan ini. Tapi, aku juga tidak sanggup terlalu lama merasakan sakitnya. Euthanasialah jalan keluarnya."
"Dari mana kau dapat pikiran seperti itu? Benar-benar gila! Jelas-jelas itu bertentangan dengan agama. Negara pun tidak mengizinkan euthanasia. Itu sama saja dengan bunuh diri. Tolong lupakan rencanamu itu." Rey mencoba meyakinkan Asa.
"Aku hanya ingin mengakhiri penderitaanku dengan tenang, tanpa kurasakan lagi sakit seperti ini."
"Asa, di luar sana masih banyak orang yang lebih menderita. Kau harus bersyukur dengan keadaanmu sekarang."
"Sudahlah, Rey. Aku yang menjalani hidupku dan aku yang merasakan sakitku. Kenapa kamu harus ikut campur?" Asa beranjak dari duduknya. Rey meraih tangannya.
"Kau harus janji tidak akan membicarakan masalah ini lagi. Aku nggak akan membiarkanmu seperti ini lagi."
"Kau tak berhak, Rey. Akulah yang memegang kemudi hidupku. Jika aku lelah dan merasa nggak sanggup lagi, apa aku harus bertahan?"
"Aku sama sekali nggak ngerti dengan jalan pikiran kamu, Asa. Betapa mudahnya kamu mengambil keputusan konyol itu."
"Tapi, itu juga demi kemanusiaan, Rey. Aku harus melakukannya, dengan atau tanpa izinmu!" Rey tertunduk lesu, tak habis pikir dengan apa yang baru saja dikatakan Asa. Euthanasia, suntik mati! Ah, dia memang benar-benar sakit! Mungkin penyakitnya sudah sampai ke saraf dan meracuni otaknya.
Asa meninggalkan ruang praktikum itu dengan segenap kecewa. Ya, dia tahu Rey pasti tak setuju dengan idenya. Yang dia sesalkan, kedatangannya ternyata sia-sia. Dia tak berhasil mengorek info tentang euthanasia. Padahal, dia berharap Rey yang sebentar lagi menamatkan pendidikan dokternya itu akan memberinya gambaran mengenai euthanasia.
Masalah Rey setuju atau tidak, dia tak peduli. Rey tak punya andil dalam hidup Asa. Rey yang dengan mudahnya memberikan semangat-semangat hidup tak pernah merasakan sakit dan penderitaannya. Seakan-akan, hidup yang dilaluinya begitu mudah. Asa tersenyum dalam bekunya, mencibir Rey dengan segala ucapan-ucapan klisenya.
Masih di kampus itu, pergelaran teater baru saja usai. Asa dan Rey menyusuri malam di jalan-jalan Jogja. Sebenarnya, Rey tak enak jika harus berjalan dengan gadis itu. Tapi, tentu dia tak tega membiarkannya pulang sendirian.
"Selamat, pertunjukan yang menarik. Kau berbakat menjadi sutradara," ucap Rey membuka pembicaraan.
"Hanya sebuah seni yang kudedikasikan untuk hidupku."
"Juga untuk orang-orang di sekelilingmu."
"Tidak. Seni untuk semua kebohongan dan dusta."
"Egois."
"Apa kau pikir kedua tangan ayahmu, dokter terkenal itu, mampu menyembuhkan kanker otakku?"
"Jika Allah menghendaki, tidak ada yang mustahil dalam hidupmu." Rey menghentikan langkah, menatap Asa.
"Tapi, Dia memang menghendakiku mati karena penyakit ini. Aku memilih mati daripada menderita seperti ini."
"Kau pintar, Asa. Tapi sayang, kau tak punya mata hati. Padahal, mata hati itulah yang akan menuntun langkahmu dalam keadaan apa pun. Saat di ambang maut pun."
"Apa maksudmu aku tak punya mata hati?" Langkah Asa kini terhenti. Menatap Rey dengan penuh tanya.
"Hidup ini indah, Asa, jika kamu mau membuka mata hatimu. Ada banyak hal yang nggak bisa dilihat dengan mata telanjang. Kebahagiaan, kenyamanan, dan cinta."
"Siapa bilang aku tak punya mata hati? Di hidupku, ada seni dan sastra yang kujiwai dengan hati. Tapi, sebentar lagi kanker otak akan merenggutnya. Perlahan, otakku tak akan lagi mampu menuruti jiwaku. Aku nggak akan bisa menulis puisi lagi, script-script teater. Aku akan kehilangan jiwaku. Lalu, apa artinya hidup?"
"Tanya pada diri kamu, apa yang paling kau rindukan saat ini? Terlalu lama kau lupakan Dia, yang memberimu hidup, yang memberimu penyakit. Dia yang memberimu limpahan harta yang kau hamburkan setiap malam di klub-klub laknat itu. Kini, Dia menegurmu. Dia tak mau kau lebih lama mengonsumsi hidup yang terdengar manis itu. Sekarang, apa kau ingin menghabisi waktu yang tersisa sedemikian singkat ini? Asa, euthanasia bukan jalan keluar. Ia akan makin menambah dosamu," kata Rey panjang lebar.
***
Asa menerawang langit yang bertabur bintang gemintang. Air matanya tiba-tiba meleleh. Separo hatinya beterbangan ke masa-masa sebelum dia divonis kanker otak stadium lanjut. Klub malam, alkohol, dugem, sex, dan pil-pil itu. Hatinya nanar mengingat masa lalunya sendiri. Sementara, hati yang lainnya larut dalam hamparan langit malam yang seakan tak mampu lagi menampung dosanya. Teringat ujar guru mengajinya dulu di TPA semasa kecil, tentang surga dan neraka. Jika mati, akankah dia menderita lagi di neraka? Sedangkan dia sudah merasa tak kuat dengan penderitaanya di dunia?
Ya, dia harus berubah.
***
Waktu kian menari di tepian hari. Saat hidup adalah kenyataan terindah yang terpupuh sempurna di bait-bait syair kuasa-Nya. Saat raga dan hati adalah lakon yang pasti akan tersenyum penuh kemenangan.
Asa itu cerah lagi, tak jadi meredup seiring senja yang membayang. Sinar-sinar itu membias di antara mentari yang setia terbit. Mata hatinya mencoba membaca setiap isyarat Rabb-nya.
"Tak ada yang tahu skenario indah-Nya. Kaulah klimaks dari segala pencarianku. Aku ingin menggenapkan separo dien-ku dengan melewatkan sisa umurmu denganku," ujar Rey kala itu, setelah acara wisuda berakhir. Asa merasa tak pantas mendapatkan lelaki seindah Rey.
***
Azan magrib membuyarkan kisah dua tahun silam. Kini, dinikmatinya senyum Asa yang terpagut di hadapannya. Rasanya bagi Rey, tidak ada lagi kebahagiaan selain melihat Asa tersenyum. Senyum di senja itu akhirnya menutup kisah hidup Asa. Dia telah mengembuskan napas untuk terakhir kalinya. (Sekarwidya Prabanastiti)
Penulis adalah pelajar SMAN 1 Magetan.

Coretan: Tentang Sebuah Mimpi dan Pengabdian

Tentang Sebuah Mimpi dan Pengabdian

oleh Widya pada 13 Desember 2011 pukul 12:40 ·

Baru saja saya lulus kuliah dari jurusan DIII Kebidanan di sebuah akademi milik Kementerian Kesehatan RI. Setelah melewati berbagai macam peristiwa berkesan selama menjadi mahasisiwa kebidanan akhirnya hari kelulusan itu tiba juga. Senang, sedih, terharu, bosan, dan segala macam perasaan nampaknya sudah pernah saya alami selama kuliah tiga tahun di kampus yang terletak di Magetan, kota kecilku tercinta. Belajar bersama dengan 39 teman yang tentu saja semuanya perempuan, dari pagi, siang, malam, disibukkan dengan setumpuk laporan. Dan begadang adalah hal biasa bagi kami, karena kami mempunyai kewajiban melengkapi target menolong 50 persalinan. Dan semua kenangan itu tersimpan dengan rapi sampai kapan pun juga. Teman-teman yang saling mendukung ketika mulai lelah, pengalaman selama menjadi mahasiswa praktik yang serba salah, setumpuk tugas-tugas dan sederet aturan  sebuah akademi kesehatan demi mendidik kami menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggungjawab. Saya bersyukur telah memiliki dan melewati masa-masa itu.
Sekarang waktunya untuk memulai kisah baru dalam hidup saya. Saya sedang belajar bekerja, mencari ilmu dan pengalaman, terjun pada masyarakat yang sebenarnya.Saya menyadari ilmu saya masih sangat dangkal untuk terjun langsung ke masyarakat. Banyak sekali yang harus saya miliki untuk benar-benar menjadi seorang bidan. Baik bekal ilmu maupun mental, juga spiritual. Maka dari itu kini saya meghabiskan waktu saja 24 jam dalam 7 hari di sebuah Rumah Bersalin.
Menghadapi masyarakat jaman sekarang yang gampang-gampang susah. Apalagi masyarakat di sini tingkat ekonomi dan pendidikannya tergolong tinggi. Masyarakat yang terkenal kritis dan jeli. Yang selalu menuntut pelayanan yang maksimal. Tentu kami berusaha memberi yang terbaik untuk kepuasan pasien. Bagaimana pun  juga kepuasan dan keselamatan pasien adalah tujuan kami. Tapi terkadang, ada hal-hal yang di luar kendali kami. Hal-hal tidak terduga yang bisa mengancam ibu dan bayi. Semua itu kami serahkan pada Alloh SWT tentu saja setelah berusaha semaksimal mungkin. Walau terkadang setelah berlelah-lelah bekerja ada saja yang mengganjal, ada saja yang komplain.
Begitulah, resiko kerja kami. Begadang dua hari dua malam adalah biasa. Menunda makan, mandi, juga terkadang menunda waktu berbuka puasa hingga larut demi menunggu lahirnya si jabang bayi. Kadang, saya merasa semua ini berat dan tidak percaya diri.. Menanggung nyawa dua orang manusia, tapi semua itu berganti bahagia ketika melihat bayi lahir sehat, ibu selamat. Ada kebahagiaan yang tidak dapat ditukar dengan apa pun.
Kadang menyesali kenapa memilih jalan ini. Terlalu beresiko, langsung berhadapan dengan berbagai lapisan masyarakat yang karakternya berbeda-beda. Banyak profesi lain yang lebih menjanjikan, menyenangkan, dan resikonya tak terlalu berbahaya. Rasanya ingin mencari hal lain yang membuat saya enjoy. Tapi perlahan seiring bertambahnya kedewasaan saya, seiring banyaknya orang dan pengalaman yang saya temui, saya mulai menyadari betapa mulianya pekerjaan ini. Ada kebahagiaan tersendiri ketika mengobati pasien, lalu ia datang lagi dengan wajah berbinar untuk mengucapkan terima kasih karena anaknya sudah sembuh. Juga ketika pasien post partum pulang dengan menggendong bauh hatinya, wajah berseri-seri, bahagia sekali. (Apalagi bagi saya yang belum menikah, sering berandai-andai dalam posisi ibu itu, pasti sangat membahagiakan momen-momen ini). Lalu beberapa bulan kemudian mereka kembali untuk imunisasi dengan bayinya yang tumbuh sehat dan menggemaskan. Memberikan konseling, mereka bertanya lalu kami memberikan jawaban sehingga menambah informasi tentang kesehatan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas kesehatan mereka. Sungguh ada kebahagiaan tersendiri. Juga bagi saya sendiri, kebahagiaan tambahan adalah ketika seringkali di suatu tempat bertemu dengan ibu-ibu dengan putranya yang tumbuh besar, dan mereka masih mengingat saya.. J
Itulah apa yang saya rasakan saat ini. Hanya share saja. Mungkin belum banyak pengalaman saya dibanding ibu-ibu dan rekan-rekan di luar sana. Tapi yang ingin saya tekankan adalah apa yang saya rasakan begitu istimewa, dari ketidaksengajaan kuliah di akademi kebidanan, lalu merasa salah arah, menyesal, bukan cita-cita, tidak sepenuh hati, lalu sekarang berada dalam perasaan yang merasa berguna, penuh keikhlasan, dan sebuah kata: pengabdian. Ya, menjadi bidan adalah pengabdian. Bukan untuk diri sendiri, tapi masyarakat luas. Bukan untuk harta, tapi tabungan di akhirat.
Menjadi bidan, bukan jalan mengkomersilkan diri. Berharap suatu hari membuka klinik besar, mewah, dengan kehidupan sosial ekonomi tinggi. Menjadi bidan bukan langkah untuk mengekspos diri untuk menjadi seseorang yang dipandang. Bukan pula jalan mencari jodoh, berbangga-bangga dengan seragam putih-putih. Tanpa menghayati hakikat pengabdian yang sesungguhnya.
Terimakasih ketidaksengajaanku beberapa tahun yang lalu, ketidaksengajaan yang kusyukuri hingga sampai di profesi ini. Terimakasih kedua orang tuaku yang mendukung ketidaksengajaanku hingga kini. Terimakasih teman-temanku Manyunyu, atas kebersamaan yang rasanya nano-nano selama tiga tahun ini. Terimakasih barbagai pengalaman, sakit, patah hati, manis, dan semuanya yang membuat hidupku benar-benar berwarna. Terimakasih pada kegagalan-kegagalan.. haha.. Saya memang bukan siapa-siapa sekarang, belum ada sesuatu hal yang saya capai, seorang job-seeker yang bercita-cita menjadi bidan puskesmas, tapi satu hal yang saya miliki sekarang yang mungkin tak akan saya dapatkan jika tidak berkuliah di akademi kebidanan, yaitu keikhlasan dalam kemanusiaan. Dan suatu saat saya ingin menjadi seperti apa yang saya cita-citakan, mengabdi pada masyarakat. Sungguh, kenikmatan yang sangat luar biasa ketika ilmu dan kerja saya berguna bagi orang lain, apalagi untuk melahirkan seorang bayi mungil, mengawali dimulainya jalan kehidupan seorang tunas bangsa yang kelak menjadi kebanggaan ayah dan bunda serta bangsa dan negaranya. Luar biasa.
Semoga Alloh meridhoi dalam segala langkah kami, Semoga Alloh mengabulkan cita-cita yang telah kugantungkan di salah satu sudut langit.
Untuk sebuah pengabdian di masa depan..


Magetan, 2011
Widya