Gangguan Jiwa
01
Nov
Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat
pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis
(psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah
gangguan badan ataupun jiwa.
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa
(Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana
perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan
kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan
perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset
masa kanak dan remaja.
1). Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan
bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi
personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun
demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat
kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.
Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas,
tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan
sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).
2). Depresi
Depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus
asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi
juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan
gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya
(Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan
dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri
sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi
adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah,
bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang.
Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul
sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang
dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang
akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi
(Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood)
yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya
aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress
kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa
penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar
orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
3). Kecemasan
Kecemasan sebagai
pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap
orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang
dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa
khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak
spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak
diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari
kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan
gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan
lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian
skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau
obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian
antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim
(1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan
fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang
terutama mengenai otak yang biasanya gangguan berasal dari sistem limbik
(pusat emosi dan memori) dan gangguan pada ganglia basalis.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis,
1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam
asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau
mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat
kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat
mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena
lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu
dapat dipengaruhi atau dicegah.
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
o Mampu menghadapi situasi
o Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
o Puas dengan kehidupannya sehari-hari
o Mempunyai harga diri yang wajar
o Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
o Mampu mencintai orang lain
o Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
o Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
o Merasa bagian dari suatu kelompok
o Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain “mengakah” dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
o Menetapkan tujuan hidup yang realistis
o Mampu mengambil keputusan
o Mampu menerima tanggungjawab
o Mampu merancang masa depan
o Dapat menerima ide dan pengalaman baru
o Puas dengan pekerjaannya
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,
cara berperan, dan cara bertindak.
Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung:
o Menemukan kepuasan dalam hidup
o Membina hubungan yang erat dan sehat
o Menetapkan tujuan dan mencapainya
o Menghadapi maju mundurnya kehidupan
o Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah
Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung:
o Merasa hidup ini sulit dikendalikan
o Merasa stres
o Menghindari tantangan hidup
o Memikirkan kegagalan
Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri:
1. Seseorang harus jujur terhadap diri sendiri.
2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan dan kelebihannya.
3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya
4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain
5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan, tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri.
Pada penderita gangguan jiwa sering muncul beberapa
manifestasi/gejala yang berupa gangguan isi pikir, presepsi, emosi dan
afektif, hal ini akan sedikit saya jelaskan pada pembahasan di bawah
ini:
ISI PIKIR
Gangguan isi pikir adalah gangguan pada isi pikiran pada orang
tersebut dan hal ini memerlukan rangsangan dari luar untuk memicu
munculnya gangguan tersebut.
1. Kemiskinan isi pikir: pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi dikarenakan
ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
2. Waham/delusi: satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan
latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta. Jenisjenis
waham:
a. waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh: makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
b. waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinana yang
tergabung dengan satu tema/kejadian (contoh: orang yang dikejarkejar
polisi atau mafia)
c. waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju kiamat
d. waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh (contoh: yakin otaknya
meleleh)
e. waham paranoid: termasuk di dalamnya waham kebesaran, waham kejaran/persekutorik, waham rujukan (reference), dan waham dikendalikan.
· waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik
sifatnya, bahwa dirinya adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa
atau sangat besar.
· waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang menandai seorang
paranoid, yang mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk
melukainya, atau yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya.
Kepercayaan ini sering dirupakan dalam bentuk komplotan yang khayali,
dokter dan keluarga pasien dicurigasi bersamasama berkomplot untuk
merugikan, merusak, mencederai, atau menghancurkan dirinya.
· waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan
keliru yang meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti akan
memfitnah, membahayakan, atau akan menjahat dirinya.
· waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:
-waham withdrawal: waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang lain atau kekuatan lain
-waham insertion: waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau kekuatan lain
-waham broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain, tersiar di udara
-waham control: waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan lain
f. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia
g. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang sangat mencintainya
3. Obsesi: satu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasanya dibarengi
satu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat dihilangkan dengan usaha yang
logis, berhubungan dengan kecemasan.
4. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika ditahan
akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons dari obsesi atau timbul
untuk memenuhi satu aturan tertentu.
5. Fobia: ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakibatkan keinginan yang
memaksa untuk menghindari stimulus tersebut. Beberapa contoh di antaranya:
a. Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi khusus (contoh takut pada
labalaba
atau ular
b. Fobia sosial: ketakutan dipermalukan di depan publik seperti rasa takut untuk berbicara,
tampil, atau makan di depan umum
c. Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang tinggi
d. Agorafobia: ketakutan berada di tempat yang terbuka
e. Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat yang sempit
f. Ailurofobia: ketakutan pada kucing
g. Zoofobia: ketakutan pada binatang
h. Xenofobia: ketakutan pada orang asing
i. Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima suntikan